Puisi untuk Katja(baca : Katya)
By Bagus Bimantara Mahaputera
Ku bergegas berlari kecil menyusuri lorong rumah sakit ini tuk menuju kamarnya.Pagi ini ketika sedang berada disekolah,sebuah pesan singkat masuk ke handphoneku.
Sebuah pesan singkat dari Tante Nadya.
Date : 06.21 8 Mei 2013
Nova,penyakit Katja kambuh.
Ia masuk ke rumah sakit lagi pagi ini.
Bisa diberitahukan pada guru piket?
Sepulang sekolah,segera kucari taksi dan berangkat menuju rumah sakit.Sesampainya disana segera kubayar argo taksi dan pergi menuju ruang resepsionis rumah sakit.Kutanyakan ruangan Katja,sepupuku,pada seorang perawat yang sedang bertugas. Perawat itu memberitahukan lokasinya yang berada di ruang Mawar,kelas VIP 1,bagian penyakit dalam,setelah menayakan hubunganku dengannya. Didepan kamar nomor 1,berdirilah Papa,Mama,om Mahmoud,dan tante Nadya.Tampak Mama sedang berusaha menenangkan adiknya itu.Sementara Papa dan om Mahmoud sedang terlibat perbincangan serius didekat sebuah vending machine. “Tante! Bagaimana keadaan Katja?”,tanyaku dengan perasaan prihatin.Tante Nadya menghela nafas panjang,”ia sudah melewati bagian kritis tadi pagi.Sekarang ia sedang istirahat.Ia terus mencarimu dari tadi.”
“Nova,masuklah,temani sepupumu Katja.”,perintah mama dengan lembut. Aku menjawab perintah mama dengan anggukan.Ku buka pintu kamar Katja dan memasukinya.Didalam ruangan serba bercat putih itu,tampak Katja sedang terbaring lemah diatas ranjang.Selang infus berada dipergelangan tangannya, selang oksigen terpasang dihidungnya, dan sebuah gambar rontgen terpampang didinding sebelah ranjangnya. Kudekati Katja yang tampak sedang tertidur pula situ.Kutarik sebuah kursi dan aku duduk disisinya.Katja adalah sepupuku yang paling dekat,bukan hanya karena sekelas, tetapi karena kami tumbuh besar bersama.
Walaupun ia seorang gadis, Ia cenderung tomboy dan tidak feminim, sering berbuat keributan dan berkelahi, atau hal bodoh lainnya.Tak heran ia memiliki teman lelaki lebih banyak daripada teman perempuan. Namun,semuanya berubah ketika ulang tahunnya yang ketujuh belas dua bulan yang lalu.Ia sebelumnya tidak pernah mengeluh sakit atau apa.Namun, saat itu, ia tiba-tiba pingsan. Segera saja ia dibawa kerumah sakit dan ketika didiagnosis oleh dokter, ia dinyatakan mengidap kanker otak stadium akhir. Berita itu tentu saja membuat om, tante, papa, mama dan tentu saja aku sangat terkejut akan kenyataan pahit itu.Bagaimana mungkin ia bisa mengidap stadium akhir tanpa menunjukkan gejala stadium awal?
Kami memutuskan untuk merahasiakan ini dari teman-temannya dan hanya memberitahukan kepada pihak guru dan kepala sekolah agar membantu merahasiakan ini. Kupikir, mungkin karena ketomboyannya lah yang membuatnya nekat menahan rasa sakit selama ini yang ia derita sendirian. Disaat yang lain ceria, mungkin ia sedang tersiksa akan penyakitnya, namun ia tetap berusaha untuk tampak ceria. Tak terasa air mataku mulai meleleh perlahan.Teringat perkataan sang dokter yang mengatakan hidupnya hanya beberapa bulan saja. Tante dan om sempat hendak membawanya untuk melakukan terapi, namun Katja sendiri yang menolaknya.Ia menolak dengan alasan tak ingin kehilangan rambut hitam lembut panjang yang telah susah payah ia rawat. Lagi pula, menurutnya itu hanya akan memboroskan uang orang tuanya.Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan lama.
Terapi hanya memperpanjang umurnya beberapa bulan saja,walau ada juga harapan untuk sembuh,tapi,ia tetap menolaknya. Teringat akan semua itu,air mataku tak sekedar meleleh,kini aku menangis diatasnya.Aku menangis karena tak sanggup kehilangannya.Siapa yang nanti akan aku contek?! Siapa yang nanti akan membayari makanku jika aku lupa bawa uang?! Dan siapa nanti yang akan menemai dan membantuku belajar?! Pikiran itu membuat intensitas air mata yang keluar makin kencang.Dan aku segera menagis sambil menempelkan wajahku dipinggiran ranjang Katja. ‘PLAKKK~!!!’ Tamparan keras mendarat dipipiku yang semulus pantat bayi dan sedang dibasahi oleh air mata. “AWW!”,pekikku kesakitan sambil memegangi pipiku yang kini berwarna merah. “Jangan ambil kesempatan ya!”,bentak Katja yang tiba-tiba sudah terbangun dan dalam posisi duduk diranjang sambil menutupi bagian atas tubuhnya.”Lagian cowo kok cengeng! Pake nangis kenceng segala!?”
“KATJAAA!!!!!”,teriakku sambil memeluknya dengan erat. “Nova! Hentikan!”,bentak Katja sambil berusaha menghindar dari pelukkanku. Tapi,karena terbatasnya tempat.Ia tak bias menghindar dan terpaksa ikhlasku peluk dan terpaksa memelukku juga. “Nova,ada sesuatu yang ingin kuminta darimu.”,ucap Katja ditelingaku.Otomatis,aku melepaskannya dan segera mengelap ingus dan air mata yang tadi sempat terhambur menggunakan sapu tangan. “Nova! Bukankah itu saputanganku yang dulu kupinjamkan padamu?!”,tanyanya begitu melihat sapu tangan yang sedang kugunakan. Aku gugup! ”Eh…Iya.”,jawabku.
Tiba-tiba ia tersenyum.Senyuman manis yang jarang ia lakukan. “Untunglah masih kau simpan.Kukira kau akan menghilangkannya seperti yang lainnya.” Aku tersipu malu. Karena,pernyataan itu terlalu benar. “Apa yang ingin kau minta,Katja? Akan kulakukan.”,ucapku serius.Ia terkikik geli.”Termasuk loncat dari lantai dua sekolah kita?” “Kecuali itu!”,jawabku dengan emosi. Ia tertawa.Melihat ia tertawa,aku ikut juga,senang rasanya bisa menghiburnya dihari-hari terakhirnya. Kemudian, ditatapnya wajahku,”Nova,maukah kau membuatkan sesuatu untukku?”. “Apakah itu?”,tanyaku dengan penasaran.”Akan kulakukan jika bisa, Katja sayang.” Ia tersenyum,diambilnya sebuah gulungan kertas dari meja kecil disebelahnya dan ia berikan kepadaku.Kubaca isi kertas itu satu persatu mulai dari atas hingga akhir.
ü Delete all browser history
ü Delete all porn in hardisk.
ü Delete handphone browser history.
ü Burn all Playgirl under the bed.
ü Remove my Blog.
ü Closed my Facebook and Twitter,and MySpace.
ü Had a boy who confessed his love to me.
“Dafuq I just read?!”,batinku keheranan,sementara Katja hanya tersenyum mesum dan blushing dihadapanku.”Jadi,apa yang kau inginkan?” Katja menghela nafas dan menatapku dengan tatapan yang berbeda dari yang tadi,ia memberikan tatapan kecewa kepadaku,membuatku salah tingkah. “Tidak usah kau pikirkanlah,memang mustahil bagiku untuk meminta yang terakhir.” Segera aku membaca ulang dan menggaris bawahi bagian terakhir.Yang kini aku paham kenapa wajahnya murung.Katja,memiliki banyak teman cowo karena kebanyakaan dari mereka takut kepadanya,dan taka da yang berani mengatakan cinta kepadanya. Karena itulah,ia masih single dan sendirian ketika banyak temannya yang lain sudah memiliki cinta pertama atau sudah sering ganti-ganti pasangan.Sebenarnya,aku kasihan kepadanya,tapi,aku sendiri juga mendapatkan dampaknya.
Karena,setiap kali aku PDKT ke gadis yang kusukai,Katja muncul tiba-tiba dengan wajah cemburu sehingga membuat gadis itu berlari menjauhiku dengan perasaan takut.Apalagi habis gitu dia menyeretku kekantin hanya untuk menemani dia makan. “Kau menyukai seseorang?”,tanyaku. Ia mengangguk. “Dia tahu kau menyukainya?” Ia menggeleng. “Siapa orang itu,biar aku samperin dia.” Ekspresi wajahnya berubah seketika, tiba-tiba saja ia bergerak memelukku yang duduk disampingnya dari tadi dan menarik kearahnya.Semakin lama, pelukkannya semakin erat sehingga membuatku kesulitan bernafas. “Ka..tja! A..ku Se…s…ak…na..fa..s!”,teriakku dengan nafas yang hampir habis. Disaat seperti itu,Katja malah menitikkan air matanya dipundakku dan diseragam yang untung besok hari Sabtu! Jika tidak, terpaksa aku laundry terlebih dahulu. Dapat kudengar nafasnya terengah-engah dan suara isakkan miliknya yang terdengar pelan. “HUEEE!!! Nova!!! Aku jatuh cinta kepadamu!!!”,tangis Katja keras.Saking kerasnya Tante dan Mama langsung mendobrak masuk. “NOVA! Mama bilang temenin sepupumu! Bukan buat nangis!!!”,bentak mama tanpa bertanya apa yang terjadi lebih dahulu.”Kasihan jadinya sepupumu!” Tante yang ngeliat gitu malah ikut nangis.”HUEEE! SO sweet sekali mereka berdua berpelukan seperti itu!” Untuk beberapa saat,aku merasa keluargaku tidak ada yang beres semua. Sambil terisak,Katja berkata,”Nova,maukah kau membuatkan sebuah puisi yang indah untukku?”
“Baiklah,akan kulakukan untukmu.”,kataku tanpa ragu. Segera saja aku memintanya melepaskan pelukkannya dan mengusap keningnya serta mengelap air matanya yang telah jatuh dengan deras membasahi kedua pipinya.Setelah itu,aku segera meminta izin pulang ke mama dan tante untuk segera membuatkan puisi untuknya. Selama perjalanan,aku terus berpikir puisi apa yang akan kutulis. Biasanya,aku membuatnya asal-asalan. Kini,ini adalah permintaan terakhir sepupuku yang sangat kusayangi.
Maka,aku ingin memberinya kesan terakhir sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Segala jenis flashback kenangan kita berdua perlahan muncul dikepalaku yang sedang bersandar di jok belakang taksi. Ku teringat dimana ia sering ada disisiku saat semua teman-temanku menjauhiku, dimana ia selalu menghapus rasa sakit yang kualami dengan sentuhan lembutnya,membelaku saat dikeroyok habis-habisan, dan membantuku menghapus egoku yang mengakibatkan diriku terlibat masalah serta saat-saat indah lainnya. Kenangan yang diputar lambat bagaikan sebuah interlude klasik,membuatku teringat semuanya dengan jelas.Semuanya kini terkumpul kembali dan menjadi satu, bagai simfoni kenangan tak berlagu.
Walau sebentar muncul, aku mengingatnya dengan kuat. Segera kubayar sang sopir taksi dan segera aku berlari keluar mobil untuk menuju pintu rumah. Dengan tergesa-gesa, kutarik selembar kertas putih dari setumpuk lembaran kertas dilemari bukuku. Kulempar tas sekolahku kearah ranjang,dan segera saja aku duduk dan mulai menuliskan puisi berdasarkan kenanganku bersama dirinya. Tak kupedulikan perut yang kelaparan atau mata yang sudah mulai mengantuk, semuanya kulawan demi dirinya yang kusayang.
Coretan demi coretan membentuk untaian kata yang indah, dengan penuh perasaan aku menuliskannya.Entah jam berapa pada saat itu, yang jelas, secarik kertas putih yang awalnya hanyala lembaran polos kini telah berisi puisi untuk Katja. Setelah selesai aku pun jatuh terlelap diatas meja sambil menggenggam selembar kertas tersebut. Tik… Tik… Tik… Waktu berdetik perlahan… Secara ajaib,sang mentari telah bersinar diufuk timur… Dan nyanyian sang pejantan pun membangunkanku dari tidurku. ‘Kruuuyyuuuk~!!! Kruuyyuuuuk~!!!’ Sebentar, itu bukan suara ayam, melainkan nyanyian perut yang sudah kelaparan dari kemarin.Dengan gesit dan secepat kilat aku berlari menuju dapur dan mengecheck meja makan.
Tepat seperti dugaanku… Nova,mama sama papa pergi kerumah sakit duluan,kamu nanti nyusul ya. Mama sudah bikinin kamu nasi goreng seafood kesukaanmu. Mama Begitulah isi secarik surat kecil diatas meja makan. Tanpa menunggu lebih lama lagi,nasi goring itu telah lenyap menuju lambung yang sudah tak sabar ingin meremas-remas makanan yang masuk. Dengan demikian,aku segera saja mandi dan mengenakan pakaian terbaikku untuk kembali menjenguk Katja.Kutelpon taksi untuk menjemput. Kuambil selembar puisi untuk Katja dan membereskan meja belajarku.
Tak berapa lama,terdengar suara klakson taksi,dengan langkah mantap aku pergi dari rumah yang setelah sebelumnya aku kunci terlebih dahulu dan menempuh perjalanan menuju rumah sakit. Sesampainya disana, aku harus merelakan perginya lembaran uang lima puluh ribuan terakhir buat membayar sang supir. Kuhela nafas panjang dan berjalan dengan tenang menuju ruang tempat Katja berada. Dengan kertas disaku celana kanan dan sapu tangan disisi yang lain, aku sudah siap memberikan kenangan dalam sebuah puisi. Tepat didepan pintunya, aku terdiam panic. Keringat dinginku mengucur keluar dengan derasnya. Tapi, perasaan gugup itu sirna dengan sendirinya ketika aku membuka dan mendapati Katja telah menungguku ditemani Om, Tante, Papa, dan Mama. “NOVAA~!!”,pekiknya senang.”Kau sudah membuatnya?” Aku mengangguk. Dengan tenang kukeluarkan selembar kertas yang terlipat dari saku celanaku.
Katja memandanginya dengan kagum.”Ayo bacakan!” Segera kuatur nafas dan segera membacanya dengan lantang dan penuh emosi.
T’rima kasih t’lah ajatiku memandang dunia
Dari sisi yang berbeda
Membuatku begitu menghargai hidup Mengubah segalanya jadi lebbih baik
Dan memberi arti dalam hidupku
Mengubah marahku jadi senyuman Tepikan raguku dan buat aku percaya
Jadikan egoisku seperti candamu
Dan indahkan hari-hariku
T’rima kasih t’lah menyayangiku
Ubah sombongku menjadi senyummu
Dan hapus air mataku dengan lembutmu
Sirnakan dukaku dengan sayangmu
Menjagaku dan indahkan mimpiku
Hiasi cerahku dengan nadimu
T’rima kasih t’lah hadir dalam hidupku,dalam hatiku
Dan t’rima kasih t’lah berikan s’gala yang terbaik untukku
“Selesai.”,ucapku. Kulihat,mata Katja, Tante, dan Mama berkaca-kaca sementara Om dan Papa hanya bertepuk tangan. Kusimpan kembali lembaran kertas itu disaku celana dan aku segera mendekati Katja.
Kembali, kejadian kemarin terulang, ia segera memelukku dengan erat dan menangis dipundakku.Kali ini, aku membalas pelukkannya.Kubelai helaian rambutnya yang indah dan panjang, dan memilin-milinnya. Isak tangisnya membuat hatiku pilu. Diam-diam, aku ikut menangis perlahan,namun segera kuseka agar tak ada yang melihat aku menangis. Perlahan, aku mendekatkan bibirku ketelinganya dan berbisik,”Katja,dari puisi ini,aku tunjukkan rasa sayangku padamu.Aku berjanji,akan selalu ada disini menemanimu hingga akhir waktumu.” Katja hanya terdiam sambil terisak pelan.Namun aku tahu, dalam hatinya pasti ia sangat senang.
Maka, sejak hari itu, aku menepati janjiku. Setiap usai sekolah,aku selalu menemaninya sampai malam hingga ia jatuh tertidur. Kulakukan hal itu setiap hari, hingga dihari terakhirnya. Ia menghembuskan nafas terakhirnya beberapa minggu kemudian dengan aku disisinya menggenggam kedua tangannya. Dan pada saat itu terjadi, tangisku tumpah tak terbendung mengingatnya dalam lembaran memoriku.
FIN.
By Bagus Bimantara Mahaputera
Ku bergegas berlari kecil menyusuri lorong rumah sakit ini tuk menuju kamarnya.Pagi ini ketika sedang berada disekolah,sebuah pesan singkat masuk ke handphoneku.
Sebuah pesan singkat dari Tante Nadya.
Date : 06.21 8 Mei 2013
Nova,penyakit Katja kambuh.
Ia masuk ke rumah sakit lagi pagi ini.
Bisa diberitahukan pada guru piket?
Sepulang sekolah,segera kucari taksi dan berangkat menuju rumah sakit.Sesampainya disana segera kubayar argo taksi dan pergi menuju ruang resepsionis rumah sakit.Kutanyakan ruangan Katja,sepupuku,pada seorang perawat yang sedang bertugas. Perawat itu memberitahukan lokasinya yang berada di ruang Mawar,kelas VIP 1,bagian penyakit dalam,setelah menayakan hubunganku dengannya. Didepan kamar nomor 1,berdirilah Papa,Mama,om Mahmoud,dan tante Nadya.Tampak Mama sedang berusaha menenangkan adiknya itu.Sementara Papa dan om Mahmoud sedang terlibat perbincangan serius didekat sebuah vending machine. “Tante! Bagaimana keadaan Katja?”,tanyaku dengan perasaan prihatin.Tante Nadya menghela nafas panjang,”ia sudah melewati bagian kritis tadi pagi.Sekarang ia sedang istirahat.Ia terus mencarimu dari tadi.”
“Nova,masuklah,temani sepupumu Katja.”,perintah mama dengan lembut. Aku menjawab perintah mama dengan anggukan.Ku buka pintu kamar Katja dan memasukinya.Didalam ruangan serba bercat putih itu,tampak Katja sedang terbaring lemah diatas ranjang.Selang infus berada dipergelangan tangannya, selang oksigen terpasang dihidungnya, dan sebuah gambar rontgen terpampang didinding sebelah ranjangnya. Kudekati Katja yang tampak sedang tertidur pula situ.Kutarik sebuah kursi dan aku duduk disisinya.Katja adalah sepupuku yang paling dekat,bukan hanya karena sekelas, tetapi karena kami tumbuh besar bersama.
Walaupun ia seorang gadis, Ia cenderung tomboy dan tidak feminim, sering berbuat keributan dan berkelahi, atau hal bodoh lainnya.Tak heran ia memiliki teman lelaki lebih banyak daripada teman perempuan. Namun,semuanya berubah ketika ulang tahunnya yang ketujuh belas dua bulan yang lalu.Ia sebelumnya tidak pernah mengeluh sakit atau apa.Namun, saat itu, ia tiba-tiba pingsan. Segera saja ia dibawa kerumah sakit dan ketika didiagnosis oleh dokter, ia dinyatakan mengidap kanker otak stadium akhir. Berita itu tentu saja membuat om, tante, papa, mama dan tentu saja aku sangat terkejut akan kenyataan pahit itu.Bagaimana mungkin ia bisa mengidap stadium akhir tanpa menunjukkan gejala stadium awal?
Kami memutuskan untuk merahasiakan ini dari teman-temannya dan hanya memberitahukan kepada pihak guru dan kepala sekolah agar membantu merahasiakan ini. Kupikir, mungkin karena ketomboyannya lah yang membuatnya nekat menahan rasa sakit selama ini yang ia derita sendirian. Disaat yang lain ceria, mungkin ia sedang tersiksa akan penyakitnya, namun ia tetap berusaha untuk tampak ceria. Tak terasa air mataku mulai meleleh perlahan.Teringat perkataan sang dokter yang mengatakan hidupnya hanya beberapa bulan saja. Tante dan om sempat hendak membawanya untuk melakukan terapi, namun Katja sendiri yang menolaknya.Ia menolak dengan alasan tak ingin kehilangan rambut hitam lembut panjang yang telah susah payah ia rawat. Lagi pula, menurutnya itu hanya akan memboroskan uang orang tuanya.Ia tahu bahwa hidupnya tidak akan lama.
Terapi hanya memperpanjang umurnya beberapa bulan saja,walau ada juga harapan untuk sembuh,tapi,ia tetap menolaknya. Teringat akan semua itu,air mataku tak sekedar meleleh,kini aku menangis diatasnya.Aku menangis karena tak sanggup kehilangannya.Siapa yang nanti akan aku contek?! Siapa yang nanti akan membayari makanku jika aku lupa bawa uang?! Dan siapa nanti yang akan menemai dan membantuku belajar?! Pikiran itu membuat intensitas air mata yang keluar makin kencang.Dan aku segera menagis sambil menempelkan wajahku dipinggiran ranjang Katja. ‘PLAKKK~!!!’ Tamparan keras mendarat dipipiku yang semulus pantat bayi dan sedang dibasahi oleh air mata. “AWW!”,pekikku kesakitan sambil memegangi pipiku yang kini berwarna merah. “Jangan ambil kesempatan ya!”,bentak Katja yang tiba-tiba sudah terbangun dan dalam posisi duduk diranjang sambil menutupi bagian atas tubuhnya.”Lagian cowo kok cengeng! Pake nangis kenceng segala!?”
“KATJAAA!!!!!”,teriakku sambil memeluknya dengan erat. “Nova! Hentikan!”,bentak Katja sambil berusaha menghindar dari pelukkanku. Tapi,karena terbatasnya tempat.Ia tak bias menghindar dan terpaksa ikhlasku peluk dan terpaksa memelukku juga. “Nova,ada sesuatu yang ingin kuminta darimu.”,ucap Katja ditelingaku.Otomatis,aku melepaskannya dan segera mengelap ingus dan air mata yang tadi sempat terhambur menggunakan sapu tangan. “Nova! Bukankah itu saputanganku yang dulu kupinjamkan padamu?!”,tanyanya begitu melihat sapu tangan yang sedang kugunakan. Aku gugup! ”Eh…Iya.”,jawabku.
Tiba-tiba ia tersenyum.Senyuman manis yang jarang ia lakukan. “Untunglah masih kau simpan.Kukira kau akan menghilangkannya seperti yang lainnya.” Aku tersipu malu. Karena,pernyataan itu terlalu benar. “Apa yang ingin kau minta,Katja? Akan kulakukan.”,ucapku serius.Ia terkikik geli.”Termasuk loncat dari lantai dua sekolah kita?” “Kecuali itu!”,jawabku dengan emosi. Ia tertawa.Melihat ia tertawa,aku ikut juga,senang rasanya bisa menghiburnya dihari-hari terakhirnya. Kemudian, ditatapnya wajahku,”Nova,maukah kau membuatkan sesuatu untukku?”. “Apakah itu?”,tanyaku dengan penasaran.”Akan kulakukan jika bisa, Katja sayang.” Ia tersenyum,diambilnya sebuah gulungan kertas dari meja kecil disebelahnya dan ia berikan kepadaku.Kubaca isi kertas itu satu persatu mulai dari atas hingga akhir.
ü Delete all browser history
ü Delete all porn in hardisk.
ü Delete handphone browser history.
ü Burn all Playgirl under the bed.
ü Remove my Blog.
ü Closed my Facebook and Twitter,and MySpace.
ü Had a boy who confessed his love to me.
“Dafuq I just read?!”,batinku keheranan,sementara Katja hanya tersenyum mesum dan blushing dihadapanku.”Jadi,apa yang kau inginkan?” Katja menghela nafas dan menatapku dengan tatapan yang berbeda dari yang tadi,ia memberikan tatapan kecewa kepadaku,membuatku salah tingkah. “Tidak usah kau pikirkanlah,memang mustahil bagiku untuk meminta yang terakhir.” Segera aku membaca ulang dan menggaris bawahi bagian terakhir.Yang kini aku paham kenapa wajahnya murung.Katja,memiliki banyak teman cowo karena kebanyakaan dari mereka takut kepadanya,dan taka da yang berani mengatakan cinta kepadanya. Karena itulah,ia masih single dan sendirian ketika banyak temannya yang lain sudah memiliki cinta pertama atau sudah sering ganti-ganti pasangan.Sebenarnya,aku kasihan kepadanya,tapi,aku sendiri juga mendapatkan dampaknya.
Karena,setiap kali aku PDKT ke gadis yang kusukai,Katja muncul tiba-tiba dengan wajah cemburu sehingga membuat gadis itu berlari menjauhiku dengan perasaan takut.Apalagi habis gitu dia menyeretku kekantin hanya untuk menemani dia makan. “Kau menyukai seseorang?”,tanyaku. Ia mengangguk. “Dia tahu kau menyukainya?” Ia menggeleng. “Siapa orang itu,biar aku samperin dia.” Ekspresi wajahnya berubah seketika, tiba-tiba saja ia bergerak memelukku yang duduk disampingnya dari tadi dan menarik kearahnya.Semakin lama, pelukkannya semakin erat sehingga membuatku kesulitan bernafas. “Ka..tja! A..ku Se…s…ak…na..fa..s!”,teriakku dengan nafas yang hampir habis. Disaat seperti itu,Katja malah menitikkan air matanya dipundakku dan diseragam yang untung besok hari Sabtu! Jika tidak, terpaksa aku laundry terlebih dahulu. Dapat kudengar nafasnya terengah-engah dan suara isakkan miliknya yang terdengar pelan. “HUEEE!!! Nova!!! Aku jatuh cinta kepadamu!!!”,tangis Katja keras.Saking kerasnya Tante dan Mama langsung mendobrak masuk. “NOVA! Mama bilang temenin sepupumu! Bukan buat nangis!!!”,bentak mama tanpa bertanya apa yang terjadi lebih dahulu.”Kasihan jadinya sepupumu!” Tante yang ngeliat gitu malah ikut nangis.”HUEEE! SO sweet sekali mereka berdua berpelukan seperti itu!” Untuk beberapa saat,aku merasa keluargaku tidak ada yang beres semua. Sambil terisak,Katja berkata,”Nova,maukah kau membuatkan sebuah puisi yang indah untukku?”
“Baiklah,akan kulakukan untukmu.”,kataku tanpa ragu. Segera saja aku memintanya melepaskan pelukkannya dan mengusap keningnya serta mengelap air matanya yang telah jatuh dengan deras membasahi kedua pipinya.Setelah itu,aku segera meminta izin pulang ke mama dan tante untuk segera membuatkan puisi untuknya. Selama perjalanan,aku terus berpikir puisi apa yang akan kutulis. Biasanya,aku membuatnya asal-asalan. Kini,ini adalah permintaan terakhir sepupuku yang sangat kusayangi.
Maka,aku ingin memberinya kesan terakhir sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Segala jenis flashback kenangan kita berdua perlahan muncul dikepalaku yang sedang bersandar di jok belakang taksi. Ku teringat dimana ia sering ada disisiku saat semua teman-temanku menjauhiku, dimana ia selalu menghapus rasa sakit yang kualami dengan sentuhan lembutnya,membelaku saat dikeroyok habis-habisan, dan membantuku menghapus egoku yang mengakibatkan diriku terlibat masalah serta saat-saat indah lainnya. Kenangan yang diputar lambat bagaikan sebuah interlude klasik,membuatku teringat semuanya dengan jelas.Semuanya kini terkumpul kembali dan menjadi satu, bagai simfoni kenangan tak berlagu.
Walau sebentar muncul, aku mengingatnya dengan kuat. Segera kubayar sang sopir taksi dan segera aku berlari keluar mobil untuk menuju pintu rumah. Dengan tergesa-gesa, kutarik selembar kertas putih dari setumpuk lembaran kertas dilemari bukuku. Kulempar tas sekolahku kearah ranjang,dan segera saja aku duduk dan mulai menuliskan puisi berdasarkan kenanganku bersama dirinya. Tak kupedulikan perut yang kelaparan atau mata yang sudah mulai mengantuk, semuanya kulawan demi dirinya yang kusayang.
Coretan demi coretan membentuk untaian kata yang indah, dengan penuh perasaan aku menuliskannya.Entah jam berapa pada saat itu, yang jelas, secarik kertas putih yang awalnya hanyala lembaran polos kini telah berisi puisi untuk Katja. Setelah selesai aku pun jatuh terlelap diatas meja sambil menggenggam selembar kertas tersebut. Tik… Tik… Tik… Waktu berdetik perlahan… Secara ajaib,sang mentari telah bersinar diufuk timur… Dan nyanyian sang pejantan pun membangunkanku dari tidurku. ‘Kruuuyyuuuk~!!! Kruuyyuuuuk~!!!’ Sebentar, itu bukan suara ayam, melainkan nyanyian perut yang sudah kelaparan dari kemarin.Dengan gesit dan secepat kilat aku berlari menuju dapur dan mengecheck meja makan.
Tepat seperti dugaanku… Nova,mama sama papa pergi kerumah sakit duluan,kamu nanti nyusul ya. Mama sudah bikinin kamu nasi goreng seafood kesukaanmu. Mama Begitulah isi secarik surat kecil diatas meja makan. Tanpa menunggu lebih lama lagi,nasi goring itu telah lenyap menuju lambung yang sudah tak sabar ingin meremas-remas makanan yang masuk. Dengan demikian,aku segera saja mandi dan mengenakan pakaian terbaikku untuk kembali menjenguk Katja.Kutelpon taksi untuk menjemput. Kuambil selembar puisi untuk Katja dan membereskan meja belajarku.
Tak berapa lama,terdengar suara klakson taksi,dengan langkah mantap aku pergi dari rumah yang setelah sebelumnya aku kunci terlebih dahulu dan menempuh perjalanan menuju rumah sakit. Sesampainya disana, aku harus merelakan perginya lembaran uang lima puluh ribuan terakhir buat membayar sang supir. Kuhela nafas panjang dan berjalan dengan tenang menuju ruang tempat Katja berada. Dengan kertas disaku celana kanan dan sapu tangan disisi yang lain, aku sudah siap memberikan kenangan dalam sebuah puisi. Tepat didepan pintunya, aku terdiam panic. Keringat dinginku mengucur keluar dengan derasnya. Tapi, perasaan gugup itu sirna dengan sendirinya ketika aku membuka dan mendapati Katja telah menungguku ditemani Om, Tante, Papa, dan Mama. “NOVAA~!!”,pekiknya senang.”Kau sudah membuatnya?” Aku mengangguk. Dengan tenang kukeluarkan selembar kertas yang terlipat dari saku celanaku.
Katja memandanginya dengan kagum.”Ayo bacakan!” Segera kuatur nafas dan segera membacanya dengan lantang dan penuh emosi.
T’rima kasih t’lah ajatiku memandang dunia
Dari sisi yang berbeda
Membuatku begitu menghargai hidup Mengubah segalanya jadi lebbih baik
Dan memberi arti dalam hidupku
Mengubah marahku jadi senyuman Tepikan raguku dan buat aku percaya
Jadikan egoisku seperti candamu
Dan indahkan hari-hariku
T’rima kasih t’lah menyayangiku
Ubah sombongku menjadi senyummu
Dan hapus air mataku dengan lembutmu
Sirnakan dukaku dengan sayangmu
Menjagaku dan indahkan mimpiku
Hiasi cerahku dengan nadimu
T’rima kasih t’lah hadir dalam hidupku,dalam hatiku
Dan t’rima kasih t’lah berikan s’gala yang terbaik untukku
“Selesai.”,ucapku. Kulihat,mata Katja, Tante, dan Mama berkaca-kaca sementara Om dan Papa hanya bertepuk tangan. Kusimpan kembali lembaran kertas itu disaku celana dan aku segera mendekati Katja.
Kembali, kejadian kemarin terulang, ia segera memelukku dengan erat dan menangis dipundakku.Kali ini, aku membalas pelukkannya.Kubelai helaian rambutnya yang indah dan panjang, dan memilin-milinnya. Isak tangisnya membuat hatiku pilu. Diam-diam, aku ikut menangis perlahan,namun segera kuseka agar tak ada yang melihat aku menangis. Perlahan, aku mendekatkan bibirku ketelinganya dan berbisik,”Katja,dari puisi ini,aku tunjukkan rasa sayangku padamu.Aku berjanji,akan selalu ada disini menemanimu hingga akhir waktumu.” Katja hanya terdiam sambil terisak pelan.Namun aku tahu, dalam hatinya pasti ia sangat senang.
Maka, sejak hari itu, aku menepati janjiku. Setiap usai sekolah,aku selalu menemaninya sampai malam hingga ia jatuh tertidur. Kulakukan hal itu setiap hari, hingga dihari terakhirnya. Ia menghembuskan nafas terakhirnya beberapa minggu kemudian dengan aku disisinya menggenggam kedua tangannya. Dan pada saat itu terjadi, tangisku tumpah tak terbendung mengingatnya dalam lembaran memoriku.
FIN.