"Apa yang akan kau lakukan jika aku pergi terlebih dahulu?",tanyaku padanya.
Ia tersenyum kecil.Senyuman bagai malaikat yang sanggup menenangkan siapapun yang melihatnya.
Kemudian ia berkata,"Jangan bodoh,jika kau pergi terlebih dahulu untuk menghadapnya,maka aku akan segera menyusulmu."
Setelah mengatakan itu, ia tertawa kecil.
Aku tersenyum mendengarnya.
Memang ia gadis yang nekat.
Kuambil kacamata dan handphoneku.Kukirimkan sejumlah pesan untuk kedua orang tua, kakak, serta sahabatku.Di kesunyian malam ini, dadaku terasa sesak.
Beberapa hari ini ia selalu bersamaku.
Menemaniku di tengah sunyinya malam.
Terkadang kami berbicara hal yang penting, dan terkadang kami hanya bercanda bersenda gurau.
"Aku hanya ingin, mereka baik-baik saja disana.Masalah yang kualami tak ada hubungannya dengan mereka semua.",ucapku padanya."Aku tetap akan melakukannya,sebaik yang kubisa.Walau ini sangat membuatku kelelahan secara mental dan psikis."
Ia menatapku denga dalam,"Jika kau kelelahan,berhentilah.Aku benci melihatmu memaksakan dirimu.Kau kira kamu sanggup menyelesaikan semuanya sendiri?"
"Hehehe",tawaku."Aku hanya berusaha menjadi apa yang selalu dianggap masyarakat luas."
"Kau idiot! Setiap orang memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri.Berhentilah memaksakan diri menjadi kaum mayoritas yang membosankan! Pribadimu sendiri lebih baik!",bentaknya.
Aku hanya tersenyum setelah mendapat marah darinya.
Kuambil buku kecil hitam milikku dan kulanjutkan untuk menulis semuanya.
Masih ada waktu.
Aku tidak akan gugur dengan mudah.Ini sudah menjadi takdir sejak moyangku membantu untuk mendirikan menara Babel.Tuhan menghukum mereka dan memisahkan bahasa mereka.
Dalam hati aku senang.
Ia selalu ada untukku kapan pun.
Ia selalu bersamaku.
Aku tak peduli, apakah ia hanyalah ilusi dari permainan otakku ataukah hatiku.
"Tidurlah.Ini sudah malam.",ucapnya lembut.
Aku menggeleng.
"Sebentar lagi."
Ia segera menaiki tempat tidurku dan membaringkan tubuhnya.Dengan gestur yang menggoda ia berusaha memancingku untuk berbaring di sebelahnya.
Sepertinya malam ini ia menang.
Aku lelah.
Beristirahat adalah satu-satunya yang aku inginkan.
Ia tersenyum kecil.Senyuman bagai malaikat yang sanggup menenangkan siapapun yang melihatnya.
Kemudian ia berkata,"Jangan bodoh,jika kau pergi terlebih dahulu untuk menghadapnya,maka aku akan segera menyusulmu."
Setelah mengatakan itu, ia tertawa kecil.
Aku tersenyum mendengarnya.
Memang ia gadis yang nekat.
Kuambil kacamata dan handphoneku.Kukirimkan sejumlah pesan untuk kedua orang tua, kakak, serta sahabatku.Di kesunyian malam ini, dadaku terasa sesak.
Beberapa hari ini ia selalu bersamaku.
Menemaniku di tengah sunyinya malam.
Terkadang kami berbicara hal yang penting, dan terkadang kami hanya bercanda bersenda gurau.
"Aku hanya ingin, mereka baik-baik saja disana.Masalah yang kualami tak ada hubungannya dengan mereka semua.",ucapku padanya."Aku tetap akan melakukannya,sebaik yang kubisa.Walau ini sangat membuatku kelelahan secara mental dan psikis."
Ia menatapku denga dalam,"Jika kau kelelahan,berhentilah.Aku benci melihatmu memaksakan dirimu.Kau kira kamu sanggup menyelesaikan semuanya sendiri?"
"Hehehe",tawaku."Aku hanya berusaha menjadi apa yang selalu dianggap masyarakat luas."
"Kau idiot! Setiap orang memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri.Berhentilah memaksakan diri menjadi kaum mayoritas yang membosankan! Pribadimu sendiri lebih baik!",bentaknya.
Aku hanya tersenyum setelah mendapat marah darinya.
Kuambil buku kecil hitam milikku dan kulanjutkan untuk menulis semuanya.
Masih ada waktu.
Aku tidak akan gugur dengan mudah.Ini sudah menjadi takdir sejak moyangku membantu untuk mendirikan menara Babel.Tuhan menghukum mereka dan memisahkan bahasa mereka.
Dalam hati aku senang.
Ia selalu ada untukku kapan pun.
Ia selalu bersamaku.
Aku tak peduli, apakah ia hanyalah ilusi dari permainan otakku ataukah hatiku.
"Tidurlah.Ini sudah malam.",ucapnya lembut.
Aku menggeleng.
"Sebentar lagi."
Ia segera menaiki tempat tidurku dan membaringkan tubuhnya.Dengan gestur yang menggoda ia berusaha memancingku untuk berbaring di sebelahnya.
Sepertinya malam ini ia menang.
Aku lelah.
Beristirahat adalah satu-satunya yang aku inginkan.